Tafsir Al quran

Selasa, 20 Januari 2015

Kalimat Tahmid-Keistimewaannya

Kalimat tahmid merupakan salah satu dari 4 kalimat yang mulia, yaitu subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha ilallah, Allahu Akbar. Kalimat tahmid memiliki banyak sekali keistimewaan, baik yang berada di dalam Al quran atau dalam hadis-hadis rosulullah.

KEISTIMEWAAN DI DALAM AL QURAN
Di dalam al-Qur’an al-Karim, banyak kita dapatkan isyarat yang menunjukkan keistimewaan kalimat tahmid. Antara lain: dimulainya al-Qur’an dengan tahmid. Sebagaimana di awal surat al-Fatihah. Selain itu juga banyak surat di al-Qur’an yang diawali dengan tahmid. Seperti dalam surat al-An’âm, al-Kahfi, Saba’ dan Fâthir.
Ditambah lagi dalam al-Qur’an, Allah ta’ala mengawali penciptaan makhluk-Nya dengan tahmid, sebagaimana dalam firman-Nya,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ”.
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, serta menjadikan gelap dan terang”. QS. Al-An’âm (6): 1.
Juga mengakhiri penciptaan makhluk dengan tahmid (QS. Az-Zumar: 75).
Di dalam al-Qur’an, kalimat tahmid disebutkan lebih dari empat puluh kali. Di antara ayat-ayat tersebut ada yang berisikan berbagai motivasi pendorong kita untuk bertahmid.
Misalnya di surat al-A’râf. Di situ Allah menjelaskan bahwa di antara motivasi pendorong kita untuk bertahmid memuji-Nya adalah karena Dialah yang telah memberikan hidayah kepada tauhid.

 “هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”.

Artinya: “Dialah yang Maha hidup, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam”. QS. Al-Mu’min / Ghafir (40): 65.
Kita memuji Allah, juga karena Dialah yang mengaruniakan keturunan.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ”.

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sungguh, Rabbku benar-benar Maha Mendengar (mengabulkan) doa”. QS. Ibrahim (14): 39.
Selain itu, kita memuji Allah karena nikmat terbesar, yakni perkenan-Nya memasukkan kita ke surga.

“وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ . وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ”.
Artinya: “Orang-orang yang beriman serta beramal salih, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka. Di bawah mereka mengalir sungai-sungai. Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan pada kami”. QS. Al-A’râf (7): 43.

KEISTIMEWAAN DALAM HADIS-HADIS

1. Dengan kalimat ini kita akan dekat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam di hari kiamat
Dalam sebuah hadits disebutkan,

“أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ، وَبِيَدِي لِوَاءُ الحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ، وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمَ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَائِي”.

“Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat. Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Di tanganku bendera pujian. Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Pada hari itu seluruh nabi termasuk Adam akan berada di bawah benderaku”. HR. Tirmidzy dari Abu Sa’id radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinilai sahih oleh Ibn Hibban dan al-Albany.
Hadits di atas menjelaskan pada kita bahwa di hari kiamat kelak, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam benar-benar akan membawa bendera. Dan yang berhak bergabung di bawah bendera tersebut adalah hamba-hamba Allah yang sering bertahmid dan banyak memuji-Nya; sebab bendera tersebut adalah bendera pujian. Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihiwasallam lah yang berhak mengibarkan panji tersebut, karena beliau adalah hamba Allah yang paling banyak mengucapkan tahmid dan memuji-Nya.

2. Dengan kalimat ini kita bisa meraih rumah pujian di surga
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
“إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ: “قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي؟”، فَيَقُولُونَ: “نَعَمْ”، فَيَقُولُ: “قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ؟”، فَيَقُولُونَ: “نَعَمْ”، فَيَقُولُ: “مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟” فَيَقُولُونَ: “حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ”، فَيَقُولُ اللَّهُ: “ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ”.
“Jika salah satu anak manusia meninggal, maka Allah akan bertanya kepada malaikat-Nya, “Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?”. “Ya” jawab mereka. “Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?”. Mereka menjawab lagi, “Ya”. “Apa yang diucapkan hamba-Ku?”. “Ia memuji-Mu dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un!”. Maka Allah pun berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku rumah di surga dan namailah dengan rumah pujian!”. HR. Tirmidzy dari Abu Musa radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Tirmidzy dan al-Albany.
Saat tertimpa musibah pun kita perlu untuk memuji Allah, sebab Allah layak untuk dipuji dalam segala kondisi. Apalagi pilihan-Nya pasti selalu yang terbaik. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits,
“إِنَّ اللهَ لَا يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ”
“Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu bagi seorang mukmin melainkan pasti itu baik baginya”. HR. Ahmad dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh Ibn Hibban dan ad-Dhiya’ al-Maqdisy.

3. Kalimat ini merupakan doa yang paling afdal
Dalam sebuah hadits disebutkan,
“أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الحَمْدُ لِلَّهِ”.
“Dzikir yang paling afdhal adalah La ilaha Illallah. Dan doa yang paling afdhal adalah Alhamdulillah”. HR. Tirmidzy dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh Ibn Khuzaimah juga Ibn Hibban.
Di dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengatagorikan Alhamdulillah sebagai doa, bahkan doa yang paling istimewa. Mengapa demikian, padahal sebagaimana telah maklum bahwa doa itu berisikan pujian kepada Allah, bukan permintaan?
Para ulama menjelaskan bahwa doa itu ada dua macam. Pertama: doa yang berisi permintaan. Kedua: doa yang berisi pujian. Orang yang memuji Allah, sejatinya ia juga sedang berdoa meminta kepada-Nya. Hanya saja dengan bahasa yang halus.
Orang yang memuji Allah, berarti ia sedang mensyukuri nikmat Allah. Dan orang yang mensyukuri nikmat Allah, mereka berpeluang besar untuk mendapatkan tambahan nikmat dari-Nya.
Jadi, orang yang mengucapkan Alhamdulillah memuji Allah, sejatinya ia juga sedang berdoa kepada-Nya. Banyak ayat di dalam al-Qur’an yang mengisyaratkan hal tersebut.  Antara lain firman-Nya,
“وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”.
Artinya: “Penutup doa mereka adalah: alhamdulillahi rabbil’alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam)”. QS. Yunus (10): 10.
Juga,
“هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”.
Artinya: “Dialah yang Maha hidup, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Maka berdoalah kepada-Nya dengan tulus ikhlas beragama. Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam”. QS. Al-Mu’min / Ghafir (40): 65.
  1. 1.        Kalimat mulia ini akan memenuhi timbangan kebaikan
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
“الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ -أَوْ تَمْلأُ- مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ…”
“Kesucian adalah setengah dari iman dan Alhamdulillah akan memenuhi timbangan. Sedangkan subhanallah dan Alhamdulillah akan memenuhi jarak antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya. Sedekah merupakan bukti (keimanan). Sabar adalah cahaya. Al-Qur’an bisa jadi akan membantumu kelak atau memberatkanmu…”. HR. Muslim dari Abu Malik al-Asy’ary radhiyallahu’anhu.

sumber : ponpes tunas ilmu-purbalingga 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar