Tafsir Al quran

Rabu, 21 Oktober 2015

Kedudukan akhlak dalam islam bag 2


4.     Ahlak dijanjikan pahala yang besarr.
a.       Ahlak adalah salah satu amalan yang berbobot sangat berat di timbangan amal.
Rosul bersabda “ ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu mahal, dan barang dagangan allah adalah surga “ hr tirmidzi sahih oleh adz dzahabi dan syeh al albani.
Di waktu hidup yang sedikit ini, kita harus berlomba2 untuk mencari amalan yang bernilai mahal. Kita harus cerdas memilih amal sholeh, karena amal sholeh dalam agama kita itu sangat banyak dan bertingkat2 bobot nilainya. Sehingga kita harus memilih amal yang berbobot berat agar jika ditakdirkan berumur pendek maka amal sholehnya sudah mendapat timbangan berat.
Surat al qooriah ; 7
Rosul bersabda “ tidak ada suatu amalan yang kalau ditaruh ditimbangan amalan lebih berat daripada akhlak yang mullia. Sesungguhnya orang2 yang berakhlak mulia timbanbannya bisa mengejar timbangan orang puasa dan sholat” hr tirmidzi sahih oleh syeh al albani.

Ada ulama Muhammad ibn mungkadir py saudara umar bin mungkadir, Muhammad berkata “ saya pernah semalam suntuk memijiti ibu saja sampai pagi sedang umar sholat malam sampai pagi “. “Sungguh sy tidak mlihat amalan saudara saya lebih baik dari saya, sy tak berkecil hati karena saya sendang mengerjakan amalan yang mulia.”
b.      Sebab utama masuk surga
Hr tirmidzi sahih oleh syeh al albani
Rosul pernah ditanya, wahai rosul amalan apa yang paling banyak memasukkan orang ke surga? Rosul menjawab “ bertakqwa
Dikisahkan, ada sahabat yg dipersaudarakan oleh rosulullah yaitu salman dan abu darda’. Suatu hari salman berkunjung ke rumah abu darda’ dan disana Cuma ada istrinya. Salman melihat istri abu darda itu tak bersolek, maka bertanyala “ kenapa engkau seperti itu dihadapan suami?”. Maka istri abu darda bicara “ saudaramu itu tak butuh dunia. Siang itu puasa dan malam tahajud . maka ditunggulah abu darda’. Setelah datang, abu darda menyuguhkan makanan pada saudaranya, maka salman ga mau kecuali abu darda makan. Maka abu dardapun membatalkan puasa dan makan bersama. Kemudian malamnya, mereka tidur. Baru sebentar tidur, abu darda  bangun untuk sholat, oleh salman ditarik agar kembali tidur. Maka abu dardapun tidur. Kedua kali abu darda bangun, tapi tetap ditarik untuk tidur, baru pada saat 1/3 terahir, mereka berdua sholat tahajut. Pada pagi harinya, salman menasehati abu darda “ sesungguhnya Allah itu pnya hak, dan tubuhmupun mempunyai hak, keluargamu punya hak. Maka berilah masing2 haknya.
 HR bukhari muslim
c.       Orang yang berakhlak mulia di surga itu sangat dekat dengan rosullah.
Pernahkan kita ingin menjadi tetangga rosululah kelak?
Rosul bersabda “ sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat majlisnya denganku di hari kiamat adalah orang yang paling mulia akhlaknya diantara kalian.”hr tirmidzi dinyatakan hasan oleh syeh al albani
d.      Orang yg berakhlak mulia dijamin menempati surga yang paling tinggi
Hr abu dawud sahih oleh imam al nawawi
Rosul bersabda “ aku menjamin akan memberikan rumah di serambinya surga untuk orang2 yang mau meninggalkan perdebatan sekalipun dia itu benar, dan aku menjamin akan memberikan rumah ditengah surga buat orang yang mau meninggalkan dusta sekalipun maksudnya bercanda. Aku menjamin rumah di puncaknya surga untuk orang yg mau memuliakan akhlaknya.”
Kata2 rosul yang terakhir memberi makna bahwa akhlak itu harus diusahakan untuk diperbaiki. Harus banyak2 mencari ilmu untuk memperbaiki diri.
Hr thobroni sahih oleh syeh al albani
Rosul berkata “ ilmu itu didapat dengan belajar, dan sifat bijaksana itu didapat dengan latihan”

sumber : Ust. Abdullah Zaen Lc.MA

Sabtu, 17 Oktober 2015

Kedudukan akhlak dalam islam bag 1



Islam itu agama yang sempurna,diantara bentuk kesempuranaan islam bahwa islam itu cukup untuk mengatur seluruh kepentingan manusia dalam segala aspek kehidupan. Baik itu hablum minallah ataupun hablum minannass. Semua diatur oleh agama kita. Bahkan cara berbisnis, ataupun bidang kedokteran. Itupun diatur. Bukan Cuma dengan makhluk hidup, dengan tumbuhan, binatang, bahkan benda matipun ada aturannya juga.
Secara garis besar, ajaran islam bisa dibagi jadi 3 : akidah, ibadah, akhlaq.
Aikdah = keyakinan, pondasi yang akan membuat pola beragama seorang hamba itu jadi kuat dan tak terombang ambing. Aikdah yang akan membuat orang itu menjadi tenang dalam menghadapi ujian2, dan bisa focus beribadah pada Allah.
Ibadah = mengatur tata cara seorang hamba berinteraksi kepada Allah. Bagaimana cara seorang hamba itu mensyukuri rahmat allah. Dan ibadah itu harus sesuai dengan apa yang di ingingkan Allah
Akhlaq = ini  adalalah bagaimana kita berhubungan dengan manusia dan makhluk2 yang hidup di dunia.


KEDUDUKAN AKHLAQ DALAM AGAMA ISLAM

1.       Akhlaq adalah tujuan utaman diutusnya nabi Muhammad sholallaahu ‘alaihiwasalam.
Hr ahmad sahih oleh al hakim adz dzahabi dan syeh al albani
Rosul bersabda “ sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Ini berarti pada masa sebelum islam datang, orang2 kafir itu py juga akhlak Cuma belum sempurna. 

2.       Akhlaq adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari iman dan akidah.
Hr abu dawud hasan sahih oleh tirmidzi dan syeh al albani
Rosul bersabda “ mu’min yang paling sempuran imannya adalah yang paling mulia akhlaknya”
Jadi seharusnya orang yang akhlaqnya baik tentu aqidahny akan baik, dan sebaliknya jika akhlaqnya ga baik itu brarti akidahnya tidak baik.

3.       Akhlak berkaitan dengan hampir seluruh ibadah
Sebagian besar dalil dalam al quran jika berbicara maka tentu akan dikaitkan dengan akhlak. 
contoh SHOLAT DENGAN AKHLAQ
Surat al ankabut 45
“ tegakkanlah sholat sesungguhnya sholat itu menghindari keji dan munkar”.
Al hasan al basri mengatakan “ barang siapa yang sholat kemudian sholatnya itu tidak mencegah dia dari keji dan mungkar, sungguh sholatnya itu akan membuat dia makin jauh dari Allah.”
Itulah akibat jika sholatnya tak diresapi.
Contoh lain : ZAKAT DENGAN AKHLAQ
Surat at taubah ayat 103 :
“ambillah zakat dari harta mereka, karena zakat itu akan mensucikan mereka dan akan mengembangkan mereka.
Kt syeh as sa’di “  maksud mensucikan adalah zakat akan membersihkan hamba dari dosa2 dan perilaku yang jelek. Salah satu sifat jelek yang  bisa terkikis adalah sifat pelit. Dan maksud menumbuhkan adlaah akan menumbuhkan sifat orang yang baik, dan akan menambah amal mereka dan menambah ganjaran duniawi ukrowi dan mengembangkan hartanya.
Contoh PUASA DG AKHLAQ
HR bukhari
Rosul bersabda “ barang siapa yang tak meninggalkan kata2 dusta dan perbuatannya saat berpuasa maka Allah tak butuh dengan puasanya”
Imam ibn rojab al hambali “ sungguh aneh orang2 puasa dari seesuatu yang mubah menjadi dan tak mau puasa dari sesuatu yang hukumnya haram”.

sumber : Ust Abdullah Zaen Lc, MA - kajian jumat ba'da maghrib di masjid Sudirman Purwokerto

Jumat, 08 Mei 2015

TAKBIR : KEISTIMEWAAN KALIMAT TAKBIR bag 1


Kalimat takbir merupakan kalimat yang teramat istimewa. Sangat banyak dalil dari al-Qur’an maupun sunnah Nabi shallallahu’alaihiwasallam yang memotivasi kita untuk mengucapkan kalimat ini. Di antaranya:
وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا
Artinya: Agungkanlah Allah (bertakbirlah) seagung-agungnya”. QS. Al-Isra’ (17): 111.
Bahkan hampir setiap ibadah selalu diiringi takbir. Setelah selesai berpuasa Ramadhan misalnya, kita diperintahkan Allah untuk bertakbir.
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dengan begitu kalian dapat menyelesaikan hari-hari puasa kalian dengan sempurna. Dan hendaklah kalian mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kalian bersyukur”. QS. Al-Baqarah (2): 185.
Juga di dalam ibadah haji, serta di hari raya Idhul Ad-ha, kita disyariatkan untuk memperbanyak takbir. Allah ta’ala berfirman,
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
 Artinya: “Daging dan darah hewan kurban itu tidak sampai kepada Allah. Yang sampai kepada-Nya hanyalah niat ikhlas kalian. Begitulah Allah tundukkan hewan kurban itu kepada kalian agar kalian selalu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. QS. Al-Hajj (22): 37.

Bukan hanya itu, di dalam ibadah amaliah yang paling mulia, yakni shalat, harus diawali dengan takbir, dan tidak boleh diganti dengan dzikir selainnya, walaupun semakna.
Aisyah radhiyallahu’anha menuturkan,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَسْتَفْتِحُ الصَّلاَةَ بِالتَّكْبِيْرِ وَالْقِرَاءَةَ بِالْحَمْدِ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Adalah Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam membuka shalat beliau dengan takbir dan mengawali bacaannya dengan Alhamdulillahi Rabbil Alamin”. HR. Muslim.

Bahkan hampir setiap gerakan dalam shalat ditandai dengan takbir. Tahukah Anda bahwa dalam sehari semalam, di shalat lima waktu saja kita telah bertakbir 94 kali? Itu belum ditambah takbir dalam shalat sunnah rawatib dan dzikir sesudah shalat fardhu. Seluruh takbir tersebut bila dikumpulkan ternyata berjumlah 320 kali! Padahal itu hanya dalam sehari semalam. Ini menunjukkan keagungan takbir.
Apabila seluruh takbir yang kita baca sehari semalam, di shalat lima waktu, juga dalam shalat sunnah rawatib dan dzikir sesudah shalat fardhu, kita hitung semuanya, ternyata berjumlah 320 kali! Itu belum termasuk dzikir yang tidak terikat waktu, yang diucapkan oleh seorang muslim dalam kesehariannya.
Hal ini menunjukkan betapa istimewanya kalimat takbir di dalam agama kita. Oleh karena itu tidak heran bila kalimat mulia ini kita ucapkan dalam sehari ratusan kali, bahkan tak terhitung.
Di antara dalil yang menunjukkan keistimewaan kalimat takbir, adalah hadits yang berisikan pensyariatan mengucapkan takbir di saat kita melewati jalan yang menanjak.
Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma bertutur,

كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- وَجُيُوشُهُ إِذَا عَلَوُا الثَّنَايَا كَبَّرُوا وَإِذَا هَبَطُوا سَبَّحُوا فَوُضِعَتِ الصَّلاَةُ عَلَى ذَلِكَ.

“Adalah Nabi shallallahu’alaihiwasallam dan pasukannya apabila menanjak jalan; mereka mengucapkan takbir. Dan bila menurun; mereka bertasbih. Bacaan dalam gerakan shalat pun diatur seperti itu”. HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albany.
Para ulama menjelaskan hikmah di balik pengucapan kalimat takbir saat jalan menanjak dan kalimat tasbih saat jalan menurun. Kata mereka, kita bertakbir saat menanjak melewati jalan yang tinggi, sebab kondisi itu selaras dengan pengagungan Allah yang maha tinggi. Sebaliknya kita mengucapkan tasbih saat menuruni jalan yang rendah, karena hal itu selaras dengan pensucian Allah dari sifat-sifat yang rendah dan jelek.
Begitu pula dalam shalat kita. Dzikir yang kita ucapkan dalam gerakan-gerakan di dalamnya sesuai dengan hal di atas. Saat kita mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, juga saat bangkit dari sujud kita mengucapkan takbir. Karena gerakan-gerakan tersebut mengarah kepada sesuatu yang tinggi. Sebaliknya ketika kita sedang ruku’ dan sujud; merendahkan anggota tubuh kita, kita mengucapkan tasbih. Sebab kalimat ini mengandung pensucian Allah dari sifat-sifat buruk yang rendah.
Jadi, kalimat takbir bukanlah kalimat yang hanya diucapkan dengan lisan belaka, namun kalimat yang amat sarat dengan makna. Takbir yang sejati adalah takbir yang diucapkan seorang hamba seraya ia mengagungkan Allah ta’ala dengan pengagungan lisan, hati dan perbuatan. Alias ia berusaha menjalankan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.

sumber : Ustadz Abdullah Zaen Lc. MA