Kalimat takbir terjemahannya adalah: Allah Maha besar. Adapun maknanya adalah kita harus meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala itu dzat yang paling besar, tidak ada satupun yang lebih besar dari-Nya. Segala sesuatu yang besar, di sisi Allah akan terasa kecil.
Keagungan
dan kebesaran dzat Allah, juga keagungan sifat-sifat-Nya adalah sesuatu yang
tidak mungkin diliputi oleh akal manusia. Jangankan keagungan Allah, kebesaran
para makhluk-Nya saja, terkadang kita kesulitan untuk meliputinya.
Di
antara makhluk terbesar adalah ‘Arsy. Di atasnyalah Allah berada. Di dalam
sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan ‘Arsy
seperti kubah dan atap bagi alam ini yang terdiri dari langit dan bumi serta
isinya. Di sini sangat jelas menunjukkan keagungan, kebesaran dan keluasan
‘Arsy. Bukan hanya lebih besar dari langit dan bumi, akan tetapi keluasannya
tidak dapat dibayangkan oleh kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menerangkan,
مَا السَمَوَاتُ السَبْعُ فِيْ الكُرْسِي إِلاَ
كَحَلَقَةِ مُلْقَاةٌ بِأَرْضِ فَلاَة، وَفَضْلُ
الْعَرْشِ عَلَى الكُرْسِي كَفَضْل الفلاَةِ عَلَى
الحَلَقَةِ
“Tidaklah langit yang tujuh
dibanding Kursiy kecuali hanya seperti cincin yang diletakkan di padang pasir.
Dan besarnya ‘Arsy dibandingkan dengan Kursiy, seperti lebih besarnya suatu
padang pasir dibanding sebuah cincin”. HR. Ibn Abi Syaibah dalam Kitab al-‘Arsy
dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.
Seharusnya
seorang muslim mau merenungkan betapa besarnya langit dibanding bumi, betapa
agungnya tahta Kursiy dibanding langit, dan betapa agungnya ‘Arsy dibanding
tahta Kursiy. Akal tidak akan sanggup menjangkau keberadaan dan tata cara semua
itu. Padahal mereka hanyalah makhluk. Lalu bagaimana dengan keagungan Allah
yang menciptakan semua itu?!
Keagungan
dan kebesaran Allah dan sifat-sifat-Nya jelas terlampau besar untuk bisa
diliputi oleh akal pikiran manusia yang paling hebat sekalipun. Karena itu ada
sebuah hadits yang melarang untuk membayangkan hakikat dzat Allah, sebab semua
akal dan pikiran pasti tidak akan mampu menjangkaunya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam bersabda,
تَفَكَّرُوا فِي آلاءِ اللَّهِ، وَلا تَتَفَكَّرُوا
فِي اللَّهِ
“Bayangkanlah keagungan makhluk-makhluk
Allah dan jangan membayangkan dzat Allah”. HR. Al-Lalaka’i dalam Syarah al-I’tiqad dan dinilai hasan
oleh al-Albany.
Apabila
hati seorang muslim dapat merasakan akan kebesaran makhluk seperti langit,
bumi, ‘Arsy dan sebagainya, kemudian timbul dalam hatinya rasa ketidakmampuan
memikirkan dan menjangkau semua itu; maka akan muncul pengetahuan ketiga yakni
kebesaran dan keagungan Tuhan yang menciptakan makhluk-makhluk tersebut, yang
tidak mungkin dapat diliputi serta dicerna oleh akal pikiran. Allah berfirman,
“Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak mempunyai penolong (untuk
menjaga-Nya) dari kehinaan dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang
sebesar-besarnya”. QS. Al-Isra (7): 111.
sumber : Ustadz Abdullah Zaen Lc. MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar